Welcome text

Rabu, 17 April 2013

[HAE-RA COUPLE] - SUJU - FF - Entangled In Lee Donghae’s Love (1/2)




Title : Entangled In LeeDonghae’s Love (1/2)
Rate : PG 15
Length : Chapter
Cast :
Evilhae  as Ahn Ra Ra
Lee Donghae As him self
Park Chan Ri  as Her self


Disclaimer :
Dont copy or republish w/o my permition 

Note :

FF ini adalah awal mula HAE-RA couple. Merupakan FF remake, dari versi yang sudah lama aku release.
Semoga kali ini bisa lebih dinikmati. ^^


Enjoy reading..




4th Avenue Café di sudut kota Seoul,..

Orang aneh itu datang lagi, heran…setiap kali datang hanya pesan pie apple dan kopi saja.

“Ajjushi, ini pesanannya.” 

Lagi lagi tidak banyak bicara dan hanya mengangguk saja.  Apa dia bisu?

Sesekali , Ia mengalihkan pandangan pada tayangan infotainment LCD TV café.

Nampak gugup saat aku memperhatikannya, beberapa kali namja tersebut membetulkan letak kacamata hitamnya yang berkilat tertimpa pantulan cahaya lampu cafe. Aneh sekali, hanya sendirian dicafe namun sikapnya nampak seperti sedang menunggu seseorang. Walau hampir separuh wajahnya tertutup syal tebal dan mengenakan kacamata hitam pekat, tetapi dari bahasa tubuhnya aku bisa merasakan sepertinya dia sedang bersedih.

Tangannya merogoh I-phone 5 berwarna hitam dari saku mantelnya, entah apa yang dilihatnya, karena berulang kali Ia mengecek LCD ponselnya seperti sedang menun. Namun, seringkali kudengar helaan nafas kecewa karena sepertinya sang pengirim pesan bukanlah seseorang yang diharapkannya. Tanpa sadar, aku sering memperhatikannya dari kejauhan . Seperti apakah wajah sebenarnya dari namja itu ?

“Hufth…” dia mendesah (lagi) mungkin untuk ketiga kalinya. Omo apakah sedari tadi tanpa sadar aku menghitungnya?”

Bagaimanapun, penampilannya sungguh menarik perhatian, di cuaca yang cerah dan tidak begitu dingin,tapi dia mengenakan  topi rajut, syal tebal , long coat , headset dan kacamata hitam dengan penampilan seperti itu, Ia lebih menyerupai seorang teroris.  Omo! Apa aku baru saja mengatakan teroris?

Kali ini kembali Ia menyimak berita infotainment yang sedang ditayangkan televisi.

“Setelah sekian lama tidak terdengar berita kedekatannya dengan seorang yeoja, kali ini dunia selebriti digemparkan dengan berita kedekatan Lee Donghae member dari group Super Junior dengan salah satu aktris papan atas yang juga seorang penyanyi bernama Kim Ryuna. Kedekatan keduanya sebenarnya sudah sejak lama terendus media sejak keduanya nampak mesra di lokasi syuting setelah beberapa kali membintangi produk produk kecantikan dari  ETUDE HOUSE,  namun berulangkali keduanya menyangkalnya. Berita ini mulai kembali  menghangat sejak salah seorang sasaeng fans  (sebutan untuk seorang fans fanatik) mengupload foto kencan rahasia mereka di salah satu restaurant eksklusif di pinggiran Seoul. Lee Donghae nampak sedang menggandeng mesra Kim Ryuna dan menikmati makan malam romantis berdua dengannya. Walau Donghae menyamar dan sempat mengenakan masker, namun fans dapat dengan jelas mengenalinya. Bahkan Lee Donghae sempat mengecup sekilas kening Kim Ryuna tanpa mengenakan maskernya dan foto inilah yang di upload oleh sasaeng fans tersebut ke situs jejaring sosial, dan langsung menjadi world trending topic .  Sampai berita ini diturunkan  , baik Lee Donghae, Kim Ryuna, maupun pihak SMent belum ada yang bersedia memberikan konfirmasi ataupun klarifikasi atas pemberitaan tersebut. Di foto tersebut nampak jelas sosok namja itu adalah Lee Donghae walau jarak pengambilan foto cukup jauh, namun wajah di foto itu nampak jelas dan bersih, dan bukan hasil rekayasa.”

Omona,..jadi begitu rupanya . Selama ini mereka berpacaran ? Rasa sesak tiba tiba menjalar ke dadaku. Mataku yang langsung terasa panas dan berkaca kaca. Ya,.. Lee Donghae adalah namja yang selama ini memenuhi hati dan pikiranku. Ayolah semua ELF juga begitu kan ?  Tapi, bagiku Dia lebih dari itu. Aku benar benar jatuh cinta padanya dan bukan sebagai seorang fans. Dialah alasanku merantau dari Indonesia tanah kelahiranku menuju ke Korea Selatan.

Lolos seleksi program magang dari perusahaan elektronik terkemuka, Samsung Corporation. Aku menjadi wakil dari Indonesia bersama 3 orang rekanku untuk bekerja magang di Seoul selama 6 bulan. Entah ini nasib baik atau buruk, alih alih pulang ke negaraku selesai magang aku justru mencari pekerjaan lain untuk membuatku tetap tinggal di Seoul. Jadi, disinilah, aku di sebuah café menjadi seorang waitress.

 “Saengi, gwenchanna ? Kau sedang menonton berita apa ? Apa kau menangis ? Aigo..pasti itu sangat mengejutkanmu ya. Uljima..sudah seharusnya kan mereka bersama. Mereka nampak serasi kok. Oh ayolah,.. dari awal kau sudah tahu kan kalian berdua itu, maksudku hubungan kalian berdua itu tidak mungkin.”

“Jadi ounnie sudah tau?  Cih! Namja itu!  Dia memang hobby gonta ganti pacar. Dasar playboy!!”

Omelku, kesal.

Hanya perasaanku, atau memang ada tatapan tajam yang menusuk dibelakangku? Hii menyeramkan.

***

Aku  ini seorang ELF, aku juga fans berat SUJU. Seperti juga Chan Ri Eonni yang juga fans dari Leetuk oppa, sang leader. Sebenarnya awal mulanya biasku di Super Junior adalah Leeteuk. Namun,.. setelah MV No Other sosok namja bernama Lee Donghae mulai mengalihkan duniaku. Oke itu berlebihan. Namun setidaknya namja itu lewat senyum dan karakter manis dan rendah hatinyanya telah begitu membiusku dan perlahan membuatku bangkit dari keterpurukan akibat perilaku hina mantan kekasihku dahulu.

“Agassi, kamshahamnida..”  Tamu aneh itu akhirnya pergi, langkahnya terlihat gontai dan lesu. 

Apa dia, juga sedang patah hati sepertiku ?

Sudah 2 minggu ini dia sering datang kemari untuk sekedar makan siang ataupun menikmati secangkir kopi di sore hari. Masih dalam kebisuannya, paling lama hanya 1 jam dia berada disini, memandang penuh kehampaan pada jalanan diluar café, atau berkutat dengan gadget canggihnya baik I-pad maupun I-phone - nya. Tapi entah kenapa.. aku merasa sedikit penasaran dengan sosok misteriusnya.

Aku Ahn Rara… waitress di café ini dan sudah bekerja selama satu tahun. Ya, baru selama itu lah aku berada di Seoul. 6 bulan aku bekerja di kantor megah Samsung Corporation,  dan berikutnya  nyaris menjadi gelandangan. Park Chan Ri Ounnie yang menemukanku (??) atau lebih tepatnya aku yang terselamatkan karena bertemu dan mengenalnya sehingga bisa bekerja di café ini.  Selain itu, aku juga bekerja sebagai freelance editor di majalah remaja.

Tidak bisa kubayangkan, bila aku benar benar kembali ke Indonesia setelah masa magangku selesai. Pasti saat ini pengusaha itu sudah berhasil menikahiku.  Ya, .. salah satu alasanku untuk tidak kembali ke tanah air adalah perjodohan yang diatur Eomma. Eomma begitu berharap aku menikah dengan seorang pengusaha. Melalui partner kerjanya di yayasan, eomma mulai membujukku untuk berkenalan dengan beberapa pengusaha yang kebanyakan adalah putra dari rekan kerja eomma. Walau semua calon yang disodorkan nampak mapan, dan bermasa depan tapi tak ada satupun dari mereka yang bisa membuat hatiku tergetar untuk membawa hubungan kami lebih jauh.

Hingga pada suatu hari, kesempatan itu tiba. Melalui newsletter yang kuterima di inbox email pribadiku  Samsung Corporation membuka pendaftaran untuk program magang kerja selama 6 bulan dan digaji, tentunya dengan fasilitas yang cukup menggiurkan termasuk asrama tempat tinggal, transport yang ditanggung oleh perusahaan. Kelas bahasa korea juga dipersiapkan 3 bulan sebelum keberangkatan agar kami bisa berkomunikasi dengan lebih mudah selain berbahasa Inggris.

Aku adalah satu satunya peserta yeoja yang berhasil lulus seleksi itu, dan bersama 3 rekan namja yang lain aku berangkat ke Seoul . Hal ini jugalah yang membuatku sedikit sulit beradaptasi pada awalnya karena mereka bertiga namja, ada hal hal pribadi yang sulit kudiskusikan dengan mereka, dan ini membuatku sering merasa kesepian di masa awal tinggal di Seoul. Namun sekali lagi obsesi dan semangat mencoba peruntungan bertemu dengan Super Junior, terutama Lee Donghae membuat-ku pantang menyerah.

Tantangan berikutnya adalah ketika visa-ku habis, bersamaan dengan habisnya masa magangku di perusahaan itu. Aku mulai menikmati kehidupan perantauan ini. Meski Eomma berulangkali menelpon dan sesekali terisak menanyakan kepulanganku. Tapi, hatiku sama sekali belum tergerak untuk kembali ke tanah air.

Di tengah ancaman deportasi, jobless, tunawisma (karena semua fasilitas dari perusahaan sudah kukembalikan) aku sedikit putus asa sehingga berjalan tak tentu arah dari motel sederhana tempatku tinggal untul sementara,  mencari minimarket terdekat untuk membeli ramyun instan. Tanpa sengaja aku menabrak seorang yeoja yang sedang membawa gitar keluar dari sebuah bangunan yang nampaknya sebuah café.

Ya, dialah Chan Ri eonni. Setelah tanpa sengaja aku membuatnya menjatuhkan gitarnya yang berharga, aku berkenalan dengannya. Ternyata dia pun juga berasal dari Indonesia. Namun yang membedakan, dia dan keluarganya sudah lebih lama berada di Seoul karena memang ayahnya menggeluti bisnis tekstil di Korea.  Jadilah kami menjalin pertemanan yang tidak di sengaja. Bahkan Chan Ri eonni membantuku mendapatkan flat dengan harga cukup murah, juga pekerjaan untuk memperpanjang masa hidupku di Seoul.

Yeoja manis berusia 2 tahun diatasku, keturunan Korea-Indonesia dan sudah 7 tahun pindah ke Seoul ini bersama keluarganya. Anak tertua dari 3 bersaudara, membuatnya nampak begitu dewasa dan mengayomi.  Orangtuanya orang berada, namun dia lebih memilih hidup mandiri dengan tinggal sendiri dan membuka usaha café ini. Alasannya, karena kehidupan orang kaya membosankan dan sering membuatnya merasa kesepian.  Aigo, dia ini.. padahal dia benar benar beruntung dengan semua yang dimiliki itu.  Kedua adiknya, juga sama memiliki nasib yang begitu baik, mendapat beasiswa yang mengharuskan mereka menempuh studi di Amerika. Orangtuanya lebih sering berada di luar negeru untuk perjalanan bisnis. Jadilah Ia satu satunya yang menetap di Seoul. Itulah sedikit yang kutahu mengenai yeoja yang sudah kuanggap seperti kakakku sendiri.

Oya,… ada sedikit rahasia tentangku. Apabila berhadapan dengan namja yang aku sukai, tiba tiba darah akan menetes dari hidungku. Memalukan memang,  tapi aku juga tidak tahu penyebabnya dan itu terjadi begitu saja. Dokter pun sulit menjelaskan alasan medis yang kuat. Nanti akan sembuh sendiri, katanya . Karena apa yang terjadi padaku ini bukan penyakit. (??)  Padahal ini sangat memalukan , apalagi bila terjadi di tempat umum.

***

Pagi ini café masih nampak sepi.  Seperti biasa aku adalah orang pertama yang datang untuk mulai membersihkan café ini.

Pluk!

Sebuah benda mungil terjatuh dari salah satu sofa saat aku sedang menggesernya untuk mengepel lantainya.
Bukankah ini Ipod ? Tapi milik siapa ?

Kupungut Ipod mungil berwarna putih dengan headset yang masih melilitnya . Iseng, kuputar playlist terakhirnya. Sebuah Lagu manis dari Super Junior bertitle  “Marry u” terdengar..
Hei ternyata Ipod ini tidak rusak ?

Tapi tunggu dulu pengunjung terakhir yang duduk disini tadi malam adalah… OMO! Namja misterius itu ?!! Apakah ini miliknya yang tertinggal ?!” Hmm,…mengapa seorang namja mendengarkan lagu romantis milik Super Junior ?  Apakah dia salah satu ELF namja ? Karena itukah Ia begitu menyimak berita tentang Lee Donghae kemarin ? Astaga ! Jangan jangan selain teroris dia juga seorang GAY?! Andwe!!

Plak !! Plak !! Plak!!

Ketepuk pipiku beberapa kali seraya mencoba menjernihkan pikiranku dari dugaan dugaan mengerikan yang melintas di pikiranku.  Ahn Rara, apa kau sudah gila ?! Novel novel itu mulai meracuni pikiranmu eoh?!
Aiish, sebaiknya aku membasuh wajahku.  Kuletakkan, Ipod yang kutemukan tadi di meja dapur dan bergegas menuju wastafel kamar mandi karyawan .

***
 “Annyeong, customer. Ini… apakah ini milik anda? Kemarin tertinggal di sofa ini.”

Tanyaku sopan, walau benakku berkecamuk antara kecurigaanku bahwa dia seorang teroris dan juga seorang … uff, Ahn Rara fokus please!! Aku menelengkan kepalaku sedikit untuk mengenyahkan debat batinku yang semkin menjadi jadi.

“Agasshi,.. gwenchanna? Kau belum menjawabku!”

Babo! Aku bahkan tidak sempat memperhatikan ucapannya barusan.

“M..mianhae bisa tolong kau ulang ?”
“Iish... sudahlah aku tidak memerlukan ini lagi! Ambil saja kalau kau suka!” 
Jawabnya ketus seraya memalingkan wajahnya yang tertutup masker, membuang pandangan  ke luar kaca café.

Hari ini, cuaca sedikit tidak bersahabat. Rintik hujan tak kunjung berhenti sejak pagi. Aku suka hujan, aroma tanah yang basah terasa begitu ehm…menyegarkan. Iish, aku melantur lagi.
Tadi dia bilang apa ? I-pod ini untukku?

“Customer,.. aku tidak bisa menerima ini. Aku memang berniat mengembalikannya.”

Tiba tiba ia memalingkan wajahnya , dan menatapku tajam. Melepas kacamata hitamnya dan…

“Sudah kubilang aku tidak menginginkan benda ini lagi! Enyahkan dari hadapanku, atau kalau kau tidak suka kau boleh membuangnya!!” Teriaknya tiba tiba.

Sontak pengunjung café yang lain mengalihkan pandangan mereka padaku, menatapku dengan pandangan penuh tanya. Eomma,… ini sungguh memalukan. Selama satu tahun aku bekerja, tak satupun customer yang pernah membentakku seperti ini. Orang ini benar benar tidak sopan!! Aku balas memicingkan mataku pada customer aneh, dan kurang ajar ini.

Karena baru saja berteriak masker yang tadinya menutup hampir separuh wajahnya sedikit merosot memperlihatkan bentuk hidung yang indah walau tidak bisa dibilang mancung.
Eh,…kenapa tiba tiba aku seperti familiar dengan mata ini, wajah ini. Mengapa tiba tiba jantungku…

Deg..deg… deg…

“Omo ! Kau ? Le … Lee  Donghae ?!! Si playboy itu ?!!”  saking kagetnya, aku mengeluarkan suara sopran dengan nada tertinggi yang kumiliki kalau tidak bisa dibilang teriakan histeris, dan…

Tes..

Cairan kental berwarna merah segar mengalir dari hidungku. Oh Tuhan, … jangan sekarang. Panik, malu, dan entah perasaan apa lagi ini. Sambil menundukkan wajahku aku berusaha meraih tissue dari meja terdekatku dan buru buru menyumpalkannya ke hidungku berharap dia tidak memperhatikan tindakan konyolku barusan.

“Rara-ya, ada masalah apa? “
Teriak Ounni yang dengan tergopoh gopoh menghampiriku yang masih berdiri mematung, beku.

Sementara , namja dihadapanku buru buru membetulkan letak maskernya dan kembali mengenakan kacamata hitamnya. Namun aku masih bisa merasakan matanya menatapku dengan tatapan yang merontokkan hati singa. Namun aku bukan singa, walau kuakui aku sedikit caranya memandangku membuatku sedikit.. ehm gugup dan sialnya aku mulai merasakan darah akan menetes lagi dari hidungku.

“An..niyo ounni aku hanya sedikit terkejut. Gwenchanayo”

“Apakah, kau yang bertanggung jawab di café ini?! Bisakah kau member sedikit pelajaran sopan santun pada karyawanmu ini?!”

Ujarnya dengan nada sinis seraya mengarahkan telunjuknya pada Chan Ri eonni. Oh God, tolong beri aku kesabaran supaya tidak melayangkan tamparan pada sosok didepanku ini. Untung mimisanku sudah berhenti sehingga aku bisa menegakkan kepalaku dan menantangnya lewat tatapanku.

“Maafkan pegawai kami customer. Tentu saja kami akan menegurnya. Ehm,… baiklah kalau begitu sebagai gantinya aku akan menghidangkan salah satu menu andalan kami Pie strawberry dan kiwi gratis untukmu sebagai permintaan maaf. “

 Chan Ri eonni nampak berusaha meredam emosi dengan  menghela nafas panjang, dan menggamit lenganku sambil setengah menyeretku menuju ke kantornya.

“Chakkaman,..Aggashi! Satu hal lagi, aku bukan orang yang kau kira! Cam-kan itu!”

Bweo?! Apa katanya tadi? Bukan orang yang kukira, maksudnya.. dia bukan Lee Donghae? Tapi, tidak mungkin aku salah mengenali orang kan? Dia Lee Donghae dan aku tahu pasti itu meski dia menyangkalnya. Sekarang, aku harus menghadapi puluhan pasang mata yang memandangku mengekor Chan Ri eonni menuju kantornya.

Hmm..berarti selama ini dia selalu menyendiri di café ini dan aku sama sekali tidak tahu ?  Babo!! Aku bahkan tiap hari mengirimnya pesan lewat salah satu akun jejaring sosial, .. aku berungkali mengungkapkan betapa aku sangat mengagumi dan berharap suatu saat bisa menonton konsernya secara langsung, dan sekarang saat orang yang kupuja selama ini ada dihadapanku… dia justru mempermalukanku di depan umum. Aissh!! Aku merasakan kedua mataku menghangat .

***

“Hmm, sekarang  ceritakan padaku, ..”

Chan Ri eonni menatapku penuh selidik dengan tangan bersidekap menanti penjelasan dariku.  Sikap yang seperti ini, artinya Ia menginginkan jawaban yang benar benar serius, dan tentunya masuk akal.

“Apa, kau mengenal namja itu? Apa,.. kau menyukainya?” kali ini dengan nada yang lebih bersahabat.

“Anniyo ounnie, bukan begitu . Uff…”

Setengah putus asa, aku mendesah pelan, dan mulai membeberkan semuanya pada Chan Ri eonni.

“Aigoo.. kau ini. Over-react seperti itu, tentu saja dia kesal. Siapapun itu. Yah,. meski aku juga sedikit kurang suka dengan sikap angkuhnya tadi.”

“Arraseo, mianhae eonniga. Keundae…aku yakin sekali itu adalah dia. Aku tidak mungkin salah mengenalinya, namja tadi itu adalah Lee Donghae. Aku yakin itu.”

“Hmm, sebaiknya kau pulang dulu saengi ..tenangkan pikiranmu. Kau pasti masih shock dengan berita tentang Donghae kemarin, jadi kau salah mengenali customer kita yang mirip dengannya.”

Mungkin eonni benar, aku sebaiknya pulang dulu. Menenangkan pikiranku.  

***

Aku tetap yakin tadi itu dia. Pikiranku masih berkecamuk akan peristiwa tadi. Huft,..nafasku terasa berat. Apa mungkin benar apa yang dikatakannya, custumer tadi …hanya mirip saja.  Mereka orang yang berbeda. Tapi,.. mengapa hidungku tadi tiba tiba mengeluarkan darah ? Apakah bahkan tidak memiliki perasaan apapun pada namja tadi. Aku saja belum pernah bertemu dengannya.  Ugh, kurasa aku benar benar harus beristirahat.

Tidak jauh dari tempatku berdiri, terdengar decitan ban mobil bergesekan dengan aspal. Sepertinya ban itu dipaksa berhenti mendadak. Aku menoleh begitu suara klakson mobil yang memekakkan telinga, memenuhi indera pendengaranku.

“Hei kau!! Cepat naik!!”

Setengah terkejut, dan setengah lagi mengembalikan kesadaranku yang belum sepenuhnya fokus dari lamunanku. Aku memicingkan mata memandang sosok dari balik kaca mobil sport hitam di depanku.

“ Apa kau tuli ?! cepat naik! Palli!” 

Teriaknya , sembari membunyikan klakson mobilnya. Hipnotis! Ya! Pasti begitu. Karena setahuku, otakku tidak memberikan perintah untuk menuruti permintaan customer aneh ini dengan mobil sport mewahnya.

Namun detik berikutnya yang kutahu, aku sudah duduk di samping customer tadi yang setelah 10 menit masih saja membisu. Sesekali tangannya membetulkan letak kacamata hitam pekat miliknya. Perasaanku mengatakan namja ini sedikit gugup.

Tes…

Noda merah nampak langsung tercetak sempurna di bagian paha celana casual kesayanganku yang berwarna khaki .

“Kyaaaaaaaa!!!”

“Yakh!! Kau!!! Kenapa tiba tiba berteriak eoh?! Apa kau mambunuh kita berdua ?”
Namja di disampingku yang terkejut karena teriakanku yang tiba tiba, menginjak rem spontan yang sontak nyaris melemparkanku ke dashboard mobil, andai seat belt ini tidak terpasang rapi.

Namun, aku sama sekali tidak menanggapinya karena aku sibuk mengedarkan pandanganku mencari…yak.. ITU dia!
Kuraih sebuah kotak hitam, dan kucabik beberapa lembar tissue dengan membabi buta, menengadahkan wajahku dan menyumpalkan lembaran tissue tadi kehidungku.

“Gwenchanna?! K..kau , apa kau sakit?” tanyanya, kali ini dengan intonasi yang lebih lembut, setelah melihat tissue putih tadi berubah warna.

“Gwenchanna. Ini, sering terjadi. Bukan masalah besar. Sekarang bisakah kau katakan untuk apa kau menyuruhku ikut? Atau aku lebih baik turun dari mobil sekarang juga.”

“Ehm,.. begini, aku hanya ingin memastikan kau tidak salah mengenali orang. Jangan menyebarkan berita hoax ke jejaring social semacamnya, bahwa kau bertemu seseorang yang ternyata sama sekali bukan orang yang kau maksud.”

“Bweo?!?”

Aku sama sekali tidak mengerti, apa sebenarnya yang dia inginkan dariku.

“Ck! .. “ Decaknya kesal,..
 “Pokoknya, ingat baik baik perkataanku tadi. Aku bukan orang yang kau kira, jadi jangan menyebarkan berita bohong!” Nada bicaranya terdengar sedikit frustasi. Ia pun nampak menghempaskan punggungnya ke sandaran mobil,.. seraya kembali mendesah.

Hmm.. tadi dia bilang jangan salah mengira kalau dia…

“Hei! Aku tahu!! Kau adalah DIA! Kau.. benar benar Lee Donghae asli !! Iya kan??! Pasti begitu!!  Itu sebabnya kau begitu gugup dan gelisah. Kau mengikuti dari café tadi, untuk memastikan aku tidak memberitahu media atau siapapun bahwa kau sedang menyendiri. Benar begitu kan ?!”

“Aish kau ini cerewet sekali!! Pokoknya lupakan saja kejadian hari ini, atau ..lupakan saja kau pernah melihat sosokku disana.” Jawabnya pelan dan kemudian terdiam.

Sikapnya yang mendadak nampak nampak begitu rapuh dan khawatir, sedikit melunakkan hatiku yang masih tersinggung dengan segala ucapan dan perlakuannya di café tadi. Bagaimanapun dia sedang menjadi incaran media. Wajar saja kalau dia menjadi begitu paranoid terhadap sesuatu yang menyangkut media.

“Arraseo. Aku tahu, .. aku sama sekali tidak berniat begitu. Baik ini kau yang sebenarnya, ataupun namja yang hanya mirip dengan nya. Aku, tidak tertarik mengundang perhatian orang. Kau tidak usah khawatir.”  Ucapku pelan.

“Syukurlah , kalau begitu. Ah,.. ye. Ini simpan saja, atau tolong buang. Aku…tidak ingin melihat ini lagi.” Ia mengulurkan I-pod berwarna putih yang tadi kukembalikan padanya di café. Awal dari semua ini.

“Mwo? Ini, pasti .. Ini pasti adalah barang yang sangat berharga kan? Lalu sekarang kau ingin membuangnya begitu? Apakah ini pemberian dari seorang yeoja?!”

“Apa kau selalu begitu ingin tahu dan bertanya hal yang tidak penting? Aku menyuruhmu membuang saja benda ini tanpa banyak pertanyaan. Apa begitu sulit?!”
“Kenapa tidak kau buang sendiri saja?!”
“Sudah kulakukan!! Tapi kau malah mengembalikannya padaku!”
“Eo? Jadi..kau sengaja membuangnya?? Iish.. pasti sangat menyakitkan untukmu, iya kan?”

“Eoh?! Apanya yang menyakitkan?” jawabnya kemudian seraya melepaskan satu persatu atribut penyamarannya.

“ Kenanganmu dengan siapapun itu yang memberimu ini. Begitu menyakitkan hingga kau ingin membuangnya.”

“Issh.. sok tahu. Hentikan bicara yang tidak penting! Kalau kau sudah membaik, turun dan pulanglah! Aku sudah selesai bicara, dan ingat janjimu. Jangan ada pemberitaan apapun setelah ini. Lupakan kau pernah melihatku. ”

Kualihkan pandangan dari ipod di tanganku dan kudapati pemandangan yang biasanya hanya kulihat di layar televisi, poster, dan juga majalah. Itulah dia. Sosok tampan yang selalu menjadi bunga dari tidurku. Sosok yang aku dambakan setiap harinya. Tanpa masker , tanpa kacamata pekat, namun dengan topi yang masih menutupi dahi. Dia,.. namja yang benar benar tampan tanpa cela. 

“Hei! Kau ini dengar yang kukatakan tidak?!” sentaknya .
“Ah.. nde. Arr..arraseo.”

Kemudian, aku kembali disibukkan dengan menyumpalkan kembali berlembar lembar tissue ke hidungku, sibuk menghentikan darah yang tak juga kunjung berhenti menetes.

***

“Kyaaaaaaa!! Aku terlambaaaat!!!”

Kusambar handuk dan secepat kilat melesat ke kamar mandi. Menyelesaikan mandi yang biasanya memakan waktu 30 menit, kini kupersingkat hanya menjadi 5 menit saja.
Mengusapkan body lotion seperlunya, mencari t-shirt yang kira kira pantas untuk hari ini, dan sialnya semua t-shirtku masih menumpuk di keranjang cuci yang belum sempat kusetrika. Putus asa, kukenakan kemeja putih yang biasa kukenakan sewaktu magang dahulu.

Menyemprotkan setengah botol parfum kesayanganku, untuk memastikan bau-ku layak berada di keramaian dan juga di depan customer. Menyambar tas, merogoh beberapa kantong di dalamnya untuk mencari ponselku untuk mengirim pesan pada eonni karena bisa dipastikan aku akan terlambat ke café selama… Andweee!! Menilik perjalanannya aku akan terlambat 1 jam!! Oh, Sial!! Ponselku mati. Semalam aku lupa mencharge baterainya.

Ini semua karena Dia! Aku bahkan tidak sedetikpun bisa memejamkan mataku, setelah insiden kemarin. Ketika mataku mulai bisa terpejam, jam di nakas sudah menunjukkan pukul 5.30 pagi namun tubuh dan mataku tidak bisa mentolerir rasa kantuk yang teramat sangat.

Kupikir memejamkan mata tak lebih dari 10 menit akan cukup membantu . Namun kini…Aku justru terbangun tepat di pukul 9 . Perjalanan ke café akan memakan waktu 30 menit menggunakan bus. Semoga aku bisa mengejar bus yang paling cepat. Namun lamunan membawaku kembali pada malam kemarin..

**Flashback**

Donghae.. nampak prihatin melihatku yang masih sibuk menghentikan tetesan darah dari hidungku.

“Kau yakin tidak perlu ke rumah sakit?!”
Kuanggukkan kepalaku sekeras mungkin. Meyakinkannya aku baik baik saja.

“Arra ..arra.. tidak perlu mengangguk begitu keras. Kalau begitu .. kuantar saja kau pulang. Dimana kau tinggal?”

Sedikit gugup karena aku tinggal di sebuah flat sederhana yang jauh dari image sebuah apartemen mewah aku menyebutkan alamat tempat tinggalku, yang ternyata cukup dekat dari sini melewati jalan alternatif.

***
Sepanjang perjalanan, aku lebih memilih memejamkan mataku dan bersandar pada headrest mobil untuk menghentikan mimisanku. Menghindari melihat wajah tampannya, cukup membantu memulihkan kondisiku kepada keadaan normal.

“Kita sudah sampai, benar ini kan tempatnya?!
“Eo?! Nde. Gom..mawo.”

Perlahan aku bangun dan melepaskan seat belt. Membereskan tas-ku dan saat aku meraih handle pintu hendak keluar dari mobil..

“Tunggu . Namamu Ahn Rara, benar kan?”
“Nde.. “

Jawabku sambil terus menyusupkan tissue ke dalam hidungku, khawatir mimisanku kambuh lagi melihat senyuman yang paling manis di depanku.

“Mianhae,.. sudah menyusahkanmu. Aku harap kau benar benar mau menyimpan rahasia ini.”
“Ten.. tentu saja.”
“Sampai jumpa,. Bye..”

Aku melangkah keluar dari mobil dengan pandangan sedikit berkunang kunang. Apakah dia benar benar baru saja menyapaku dengan ramah ? Apakah ini nyata? Apakah ini…

“Ahn Rara-ssi , apakah kau seorang ELF ?”

Teriaknya , sambil sedikit menurunkan kaca jendela mobilnya. Untung saja saat itu sudah gelap.

“Mm.. Ya. Aku ELF.”

Jawabku seraya membungkuk menghindari tatapannya. Selamat jalan, dan terima kasih sudah mengantarku.

**Flashback End**

“Agashi!! kau mau naik tidak ?”

Seru sopir bus, yang menghentikan nostalgiaku dengan kenangan semalam.

“Eo?! Nde ! Mianhae.”

Jawabku seraya buru buru masuk ke dalam bus, yang disambut dengan tatapan aneh dan ekspresi menahan tawa dari para penumpang yang lain. Hei, apa mereka tidak pernah melamun sebelumnya ? Ugh.. menyebalkan!

Suasana bus cukup penat. Udara yang cukup panas hari ini, cukup membuat suhu di dalam bus naik beberapa derajat. Namun, hembusan angin dari sebuah kipas sedikit menolong.
Mengapa mereka masih terus menatapku ? Apa, tidak pernah melihat penumpang yang sedang kepanasan?  Hari ini dimulai dengan tidak menyenangkan!

***

“Rara chagi, kau nampaknya belum membaik.”

Chan Ri eonni memandangku penuh keprihatinan, saat aku tiba di café dan meminta maaf karena terlambat bangun sehingga menyebabkanku terlambat hampir satu jam.

“Mianhae.. eonni, aku memang lalai. Aku janji aku…”
“Sshh! Bukan itu maksudku. Lihatlah ke cermin! Apa kau sudah lihat seperti apa rupamu saat ini,?”
Eonni memutar bahuku menghadap ke cermin panjang seukuran tinggi badan Chan Ri eonni, dan..

“Kyaaaaaaaa!! Eonniegaaaa andweeeeeeehh!!!”

Apa-apaan yang kulihat ini, sesosok yeoja dengan rambut ekor kuda yang ikatanya nyaris lepas, kemeja putih lengan panjang yang kusut, dan… celana piama bergambar.. badztmaru!! Gyaaaaaaa!!!


-tbc-


Please.. RCL, untuk yang sudi baca. Gomawo..^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar